Kali ini saya mau share pengalaman bepergian di masa pandemi, tepatnya di masa pengetatan mudik. Pada 2 Mei lalu saya dan Liora (3 tahun) pergi ke Cikarang. Awalnya ragu karena adanya larangan mudik. Dan yang bikin ngeri ya Covid-19.
Sebenarnya ini bukan kali pertama bepergian di masa pandemi. Sebelumnya saya pernah ke Cikarang (sendiri) karena pindahan, yang tadinya Papalio ngekos terus pindah ke rumah. Itu pada Agustus 2020. Saya naik pesawat dan itu deg-degan banget karena mobilitas manusia tinggi juga kan di bandara. Saat saya balik ke Lampung aja di Bandara Soekarno Hatta ramai sekali sampai saya harus mencari tempat sepi.
(Saya dan Liora di Lampung sementara Papalio di Cikarang. Kami LDM, fyi hehe)
Entah mengapa saya merasa lebih rileks bepergian kali kedua ini. Mungkin karena sudah pernah ya. Tapi agak worry juga sih karena mikirin haduh Liora bakal gimana ya.
Waktu pergi pada Agustus 2020, belum ada Rapid Test Antigen. Jadi masih Antibodi. Masa berlaku hasil tes masih 2 X 24 jam. Cmiiw. Bedanya dengan pengalaman saya yang naik pesawat masa pra libur Idulfitri, hasil terhitung 1 X 24 jam. Untuk anak di bawah 5 tahun tidak diwajibkan untuk RT/PCR. Jadi yg RT hanya saya.
Seperti biasa, sebelum masuk bandara dicek hasil RT/PCR dan divalidasi. Setelah itu baru check in. Bawaan lumayan banyak jadi pakai koper besar. Isinya ya…. mainan Liora
Berat koper 24 kg. Ckckck kayak kemana aja kan haha.
Sebenarnya ini bukan kali pertama bepergian di masa pandemi. Sebelumnya saya pernah ke Cikarang (sendiri) karena pindahan, yang tadinya Papalio ngekos terus pindah ke rumah. Itu pada Agustus 2020. Saya naik pesawat dan itu deg-degan banget karena mobilitas manusia tinggi juga kan di bandara. Saat saya balik ke Lampung aja di Bandara Soekarno Hatta ramai sekali sampai saya harus mencari tempat sepi.
(Saya dan Liora di Lampung sementara Papalio di Cikarang. Kami LDM, fyi hehe)
Entah mengapa saya merasa lebih rileks bepergian kali kedua ini. Mungkin karena sudah pernah ya. Tapi agak worry juga sih karena mikirin haduh Liora bakal gimana ya.
Waktu pergi pada Agustus 2020, belum ada Rapid Test Antigen. Jadi masih Antibodi. Masa berlaku hasil tes masih 2 X 24 jam. Cmiiw. Bedanya dengan pengalaman saya yang naik pesawat masa pra libur Idulfitri, hasil terhitung 1 X 24 jam. Untuk anak di bawah 5 tahun tidak diwajibkan untuk RT/PCR. Jadi yg RT hanya saya.
Seperti biasa, sebelum masuk bandara dicek hasil RT/PCR dan divalidasi. Setelah itu baru check in. Bawaan lumayan banyak jadi pakai koper besar. Isinya ya…. mainan Liora

Liora was super excited untuk naik pesawat. Sebelumnya, waktu Papalio mau balik ke Cikarang, dia ikut antar ke bandara. Sampai-sampai tanya terus dimana pesawatnya. Jelas aja gak keliatan kan cuma ngantar
Karena super excited, dia bahkan nggak langsung tidur selama perjalanan ke bandara yang ditempuh kurang lebih 1-1,5 jam. Biasanya mah masuk mobil langsung lelap. Padahal kami berangkat dari rumah jam 5 pagi, harusnya masih ngantuk-ngantuknya kan… Mau sampai bandara, eh dia baru tidur. Untung waktu bangun nggak kagol karena hatinya sedang gembira haha.

Liora benar-benar mudah diajak kompromi. Semua berjalan mulus dan mudah diberi pengertian. Apalagi waktu itu pesawat delay 1 jam. Bosan banget kan. Untungnya ada Youtube haha.
Tips pergi naik pesawat dengan balita pada masa pandemi:
- Pastikan kondisi tubuh sehat, perhatikan lebih stamina anak beberapa hari sebelum keberangkatan.
- Bawa tas ransel khusus untuk kebutuhan si kecil.
- Pakaikan pakaian yang nyaman. Dan selalu sounding untuk selalu gunakan masker. Dilepas hanya saat makan dan minum (terlebih untuk anak di atas 2 tahun). Sediakan handsanitizer selalu.
- Perhatikan waktu keberangkatan dengan jadwal makan. Bawa bekal ya. Kalau saya selain bawa nasi, saya juga bawa buah dan snack untuk cemilan.
- Rutin menanyakan kondisi seperti, “Perutnya sakit nggak?”, “Kepalanya pusing nggak?”, “Kebelet pipis/ Pipis, yuk!” Penting banget untuk cek kondisi. Sebenarnya dengan kita bertanya si kecil jadi langsung mengecek dirinya atau menyadari, oh aku pusing nggak ya? Kebelet nggak ya? Takutnya karena saking senang atau groginya, mereka tidak sadar dengan tubuhnya.
- Ajak ngobrol tentang pesawat. Cerita yang simpel aja. Liora berkali-kali tanya pesawatnya mana
karena delay jadi tambah gak sabar. Udah gitu ketika pesawat datang langsung aja jalan pengen masuk. Jadi saya sempat cerita kenapa pesawatnya belum ada, kenapa tidak langsung masuk padahal pesawat sudah datang, lalu ketika di pesawat cerita aja yang bisa diceritain tentang perjalanan itu.
- Ceritakan tentang awan. Kalau terbang di siang hari kan pasti jelas banget ada awan. Kebetulan beberapa hari sebelum berangkat saya cerita tentang siklus air. Jadi Liora senang melihat awan.
Ajak makan selama landing dan take off untuk mengurangi resiko telinga sakit karena tekanan udara. Juga selalu menanyakan, “Telinganya sakit, nggak?”
- Dan yang penting, tanya apakah mengantuk. Kondisikan tidur jika si kecil sudah mulai mengantuk apalagi untuk penerbangan yang panjang.
- Yang paling penting lagi nih, kita happy maka anak happy. Sama-sama bring positive vibe jadi seru pengalamannya!
Tips lain yang bisa dipertimbangkan:
- Isi eHac sehari sebelum berangkat. Biar gak gupek hehe.
- Pilih first raw seat. Baru kali itu saya duduk di seat 1. Luas untuk kaki dan tidak bersenggolan dengan orang lain. Saatnya keluar, keluarnya pertama hehe. Senang perjalanan kali ini. Seat banyak yang kosong bikin lega. Hihihi…
Sampai di Bandara Soekarno-Hatta, Liora langsung bertemu Papanya dan dramatis banget kayak di drama gitu. Teriak, “Papaaaaaa!” sambil lari dan berpelukan. Rindu banget ya Li… Terakhir ketemu bulan Desember 2020, bertemu lagi Mei 2021. Mama juga kangen banget sama Papa… eh.

Terminal 3 Soekarno-Hatta ini bagus ya! Ehehehehe. “Ada pensil warna!” Teriak Lio saat lihat banyak pensil warna on the way to parking lot. Hahhaa.

Begitulah pengalaman yang bisa saya bagikan. Bagi yang ingin bepergian di masa pandemi ini memang harus ekstra hati-hati. Saya sendiri awalnya memang agak pusing sebelum berangkat. Mungkin karena khawatir bawa anak ya. Memang kalau tidak perlu banget mending di rumah aja. Apalagi sekarang ada Covid-19 varian baru–varian Delta yang mudah menyerang anak. Better to stay at home.
Terima kasih sudah membaca. Salam sehat semuanya!

1 thought on “Naik Pesawat Bareng Anak (Balita)”